SentraClix

Akibat Maksiat


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Wahai saudaRa-saudaRaku kaum Muslimin….
Sesungguhnya musibah-musibah yang menimpa kaum muslimin saat ini beRupa pendeRitaaan, kesulitan dan kesempitan baik pada haRta maupun keamana, baik yang menyangkut pRibadi ataupun sOcial, sesungguhnya disebabkan Oleh maksiat-maksiat yang meReka lakukan. Sikap meReka yang meninggalkan peRintah-peRintah Allah seRta meninggalkan penegakkan syaRi’at Allah, bahkan ada diantaRa meReka mencaRi-caRi hukum selain daRi syaRi’at Allah yang telah menciptakan seluRuh makhluk. Allah Yang paling sayang teRhadap meReka daRipada kasih sayang ibu-ibu dan bapak-bapak meReka. Dan Yang paling mengetahui kemaslahatan dan kebaikan bagi meReka daRipada diRi meReka sendiRi. Allah beRfiRman,

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan Oleh peRbuatan tanganmu sendiRi, dan Allah memaafkan sebagian besaR (daRi kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-SyuRa:30)

مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً وَكَفَى بِاللّهِ شَهِيداً
“Apa saja nikmat yang kamu peROleh adalah daRi Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka daRi (kesalahan) diRimu sendiRi. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. 4:79)
Kebaikan apa saja yang kita Rasakan baik beRupa kenikmatan ataupun keamanan sesungguhnya Allahlah yang telah mengaRuniakannya kepada kita. Dialah yang telah membeRikan kaRunia kepada kita (beRupa kemudahan untuk bisa melakukan hal-hal yang menyebabkan datangnya kebaikan-kebaikan. Dialah yang telah menyempuRnakan kenikmatan bagi kita.
Wahai saudaRa-saudaRa kaum muslimin…
Sesungguhnya kebanyakan ORang-ORang sekaRang mengembalikan sebab musibah-musibah yang meReka alami, baik musibah yang menyangkut haRta atau yang menyangkut keamanan dan pOlitik, meReka mengembalikan sebab-sebab musibah-musibah ini hanya kepada sebab-sebab alami, mateRi, atau kepada sebab peRgOlakan pOlitik, atau sebab peRekOnOmian, atau kepada sebab peRselisihan tentang daeRah peRbatasan antaRa dua NegaRa.

Tidak disangsikan lagi, hal ini disebabkan kuRangnya pemahaman meReka dan lemahnya iman meReka dan kelalaian meReka daRi mentadabbuRi Al-QuR’an dan sunnah-sunnah Rasulullah.
Wahai saudaRa-saudaRaku kaum muslimin…
Sesungguhnya dibalik semua sebab-sebab mateRi, alami teRsebut adalah sebab syaR’i, yang meRupakan sebab timbulnya seluRuh musibah dan malapetaka. PengaRuhnya lebih kuat, lebih besaR, daRipada sebab-sebab mateRi di atas. Sedangkan sebab-sebab mateRi meRupakan saRana timbulnya musibah dan bencana sesuai dengan kOnsekwensi daRi sebab-sebab syaR’iyah beRupa bencana dan hukuman. Allah beRfiRman,


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak keRusakan di daRat dan di laut disebabkan kaRena peRbuatan tangan manusia, supaya Allah meRasakan kepada meReka sebahagian daRi (akibat) peRbuatan meReka, agaR meReka kembali (ke jalan yang benaR).” (QS. AR-Ruum: 41)
Wahai saudaRa-saudaRaku kaum muslimin…, wahai ummat Nabi Muhammad…
BeRsyukuRlah atas kenikmatan-kenikmatan yang Allah kaRuniakan kepada kalian. Nikmat yang telah kalian Rasakan dan kalian nikmati. Wahai pengikut nabi Muhammad, kalian adalah umat yang paling baik daRipada umat nabi-nabi yang lain, kalian telah dimuliakan Oleh Allah. Allah tidak menimpakan kebinasaan yang menyeluRuh yang menghancuRkan seluRuh umat sekaligus sebagaimana yang telah Allah timpakan kepada kaum ‘Aad tatkala Allah binasakan meReka dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. Allah timpakan angin itu kepada meReka selama tujuh malam dan delapan haRi teRus meneRus; maka kamu dengaR kaum ‘Aad pada waktu itu mati beRgelimpangan.

Allah juga tidak menimpakan hukuman kepada umat ini sebagaimana hukuman yang Allah timpakan kepada kaum Tsamud, yang ditimpa suaRa yang sangat keRas dan mengguntuR dan gempa. Sehingga meReka menjadi mayat-mayat yang beRgelimpangan di tempat tinggal meReka (lihat: QS 54-31 dan QS 7: 78), tidak juga sebagaimana hukuman yang Allah timpakan kepada kaum Nabi Luth yang Allah kiRimkan kepada meReka hujan batu daRi tanah yang teRbakaR dengan beRtubi-tubi. Allah membalikkan negeRi kaum Luth. (lihat: QS 11: 82)
Wahai saudaRa-saudaRaku kaum muslimin…
Sesungguhnya Allah dengan kebijaksanaanNya dan RahmatNya kepada ummat ini, Allah menjadikan hukuman kepada meReka akibat dOsa-dOsa dan kemaksiatan yang dikeRjakan meReka beRupa penguasaan sebagian meReka teRhadap yang lain sesama kaum muslimin. Allah beRfiRman:


قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُل لَّسْتُ عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ لِّكُلِّ نَبَإٍ مُّسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah:"Dia yang beRkuasa untuk mengiRimkan azab kepadamu, daRi atas kamu atau daRi bawah kakimu atau Dia mencampuRkan kamu dalam gOlOngan-gOlOngan (yang saling beRtentangan) dan meRasakan kepada sebahagian) kamu kepada keganasan sebahagian yang lain. PeRhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaRan Kami silih beRganti agaR meReka memahami(nya). Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benaR adanya. Katakanlah:"Aku ini bukan ORang yang diseRahi menguRus uRusanmu.Untuk tiap-tiap beRita (yang dibawa Oleh Rasul-Rasul) ada (waktu) teRjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Al-An’am: 65-67)
Ibnu katsiR menyebutkan, banyak hadits beRkaitan dengan ayat yang peRtama. DiantaRanya adalah hadits yang dikeluaRkan Oleh Imam Al-BukhaRi daRi JabiR bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu, beliau beRkata, “Tatkala tuRun fiRman Allah (yang aRtinya), “Katakanlah: “Dia yang beRkuasa untuk mengiRimkan azab kepadamu, daRi atas kamu”, Nabi beRkata,

أَعُوْذُ بوَجْهكَ
“Aku beRlindung dengan wajahMu (daRinya adzab ini)”. (ketika fiRman Allah, yang aRtinya) “Atau daRi bawah kaki kalian”, Nabi beRkata,

أَعُوْذُ بوَجْهكَ
“Aku beRlindung dengan wajahMu (daRinya adzab ini)”. (ketika fiRman Allah, yang aRtinya) “Atau Dia mencampuRkan kamu dalam gOlOngan-gOlOngan (yang saling beRtentangan) dan meRasakan kepada sebahagian) kamu kepada keganasan sebahagian yang lain”, Nabi beRsabda,

هَذه أَهْوَنُ أَوْ أَيْسَرُ
“Yang ini lebih Ringan atau lebih mudah. (HR BukhaRi)
Dan hadits yang dikeluaRkan Oleh Imam Muslim daRi Sa’ad bin Abi Waqqas, beliau beRkata,

أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى مَرَرْنَا عَلَى مَسْجِدِ بَنِى مُعَاوِيَةَ فَدَخَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَصَلَّيْنَا مَعَهُ وَنَاجَى رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ طَوِيلاً قَالَ « سَأَلْتُ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ ثَلاَثاً سَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُهْلِكَ أُمَّتِى بِالْغَرَقِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُهْلِكَ أُمَّتِى بِالسَّنَةِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيهَا
Kami peRgi beRsama Rasulullah hingga kami melewati sebuah masjid bani Mu’awiyah maka Rasulullahpun masuk dalam masjid teRsebut kemudian beliau shOlat dua Raka’at, maka kamipun shOlat beRsama beliau. Beliaupun lama beRmunajat kepada Allah, setelah itu beliau beRkata (kepada kami), “Aku meminta kepada RObku tiga peRkaRa. Aku meminta kepadaNya agaR Dia tidak membinasakan umatku dengan meneggelamkan meReka maka Dia mengabulkan peRmintaanKu. Dan aku meminta kepadaNya agaR Dia tidak membinasakan umatku dengan musim kemaRau yang beRkepenjangan (yaitu sebagaimana yang menimpa kaum FiR’aun) maka Dia mengabulkan peRmintaanku. Dan aku meminta kepadaNya agaR tidak menjadikan meReka saling beRtentangan (beRpeRang satu dengan yang lainnya) maka Dia tidak mengabulkan peRmintaanku”
Wahai saudaRa-saudaRaku kaum muslimin…
Sesungguhnya kalian beRiman dan mempeRcayai kebenaRan ayat-ayat ini dan kalian beRiman dan membenaRkan hadits-hadits yang shahih daRi Rasulullah, namun kenapakah kalian tidak meRenungkanya…??, kenapa kalian tidak meRenugkan kandungannya..??, kenapa kalian tidak mengembalikan sebab musibah dan malapetaka yang menimpa kalian kepada kekuRang dan kelemahan agama kalian hingga kalian kembali kepada Rabb kalian. Sehingga kalian menyelamatkan jiwa kalian daRi sebab-sebab kebinasaan dan kehancuRan??

BeRtakwalah kepada Allah, takutlah kepada Allah wahai hamba-hamba Allah, lihatlah kepada kOndisi kalian, beRtaubatlah kepada Allah dan luRuskanlah jalan kalian menuju kepadaNya.
Wahai umat Muhammad, ketahuilah bahwa seluRuh musibah dan fitnah yang menimpa kalian akibat daRi peRbuatan kalian, akibat daRi dOsa-dOsa kalian. Maka hendaklah kalian beRtaubat daRi setiap dOsa yang kalian lakukan, kembalilah kepada jalan Allah dan beRlindunglah kalian kepada Allah daRi fitnah, ujian, dan bencana, baik bencana dunia maupun bencana yang beRkaitan dengan agama, beRupa syubhat-syubhat dan syahwat (hawa nafsu) yang telah meRintangi umat ini daRi agama Allah dan menjauhkannya daRi jalan salaf. Sehingga umat ini teRjeRumus ke juRang api neRaka.
Sesungguhnya fitnah (bencana) yang menimpa hati lebih besaR dan lebih bahaya dan lebih buRuk akibatnya daRipada bencana dunia, kaRena bencana dunia bagaimanapun juga akan musnah cepat atau lambat. Sedangkan bencana yang menimpa agama seseORang, maka akibatnya adalah keRugian di dunia dan akhiRat. Allah beRfiRman, “Katakanlah: “Sesungguhnya ORang-ORang yang Rugi ialah ORang-ORang yang meRugikan diRi meReka sendiRi dan keluaRganya pada haRi kiamat”. Ingatlah yang demikian itu adalah keRugian yang nyata”. (QS. 39: 15)
Ya Allah jadikanlah kami teRmasuk mukmin yang sebenaR-benaRnya, yang meReka mengembalikan sebab musibah yang melanda meReka kepada sebab yang hakiki yaitu sebab syaR’I yang telah Engkau jelaskan dalam kitabMu melalu lisan RasulMu Mumamad.
Ya Allah kaRuniakanlah bagi umat ini dan bagi paRa pemimpin-pemimpin meReka agaR kembali taubat kepada Engkau dengan taubat yang sebenaR-benaRnya, kaRena kebaikan paRa pemimpin meRupakan kebaikan bagi umat yaitu kabaikan meReka meRupakan sebab kebaikan bagi umat.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Wahai hamba-hamba Allah beRtakwalah dan takutlah kalian kepada Allah, waspadalah kalian daRi sikap melalaikan syaRi’at Allah…. hati-hatilah kalian daRi sikap lalai teRhadap ayat-ayat Allah…hati-hatilah kalian daRi sikap lalai daRi mentadabbuRi kitabullah (Al-QuR’an)… hati-hatilah kalian teRhadap sikap lalai daRi mengenal sunnah-sunnah Rasulullah. Sesungguhnya pada Al-QuR’an dan sunnah-sunnah Nabi teRdapat sumbeR kebahagiaan kalian di dunia dan di akhiRat jika kalian memegang teguh kepada sunnah-sunnah Nabi dengan membenaRkan segala pengkhabaRan Rasulullah dan melaksanakan peRintah-peRintah Rasulullah.
Wahai hamba-hamba Allah…
Mungkin ada sebagian ORang Ragu dan menanamkan keRaguan pada ORang lain tentang masalah maksiat-maksiat meRupakan sebab timbulnya musibah dan bencana. Hal ini kaRena kelemahan iman dan kuRangnya meReka meRenungkan kandungan isi Al-QuR’an. Saya akan bacakan kepada meReka dan yang sejenis meReka. FiRman Allah (yang aRtinya): “Jikalau sekiRanya penduduk negeRi-negeRi beRiman dan beRtaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada meReka beRkah daRi langit dan bumi, tetapi meReka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa meReka disebabkan peRbuatannya. Maka apakah penduduk negeRi-negeRi itu meRasa aman daRi kedatangan siksaan Kami kepada meReka di malam haRi di waktu meReka sedang tiduR?. Atau apakah penduduk negeRi-negeRi itu meRasa aman daRi kedatangan siksaan Kami kepada meReka di waktu matahaRi sepenggalahan naik ketika meReka sedang beRmain?. Maka apakah meReka meRasa aman daRi azab Allah (yang tidak teRduga-duga) Tiadalah yang meRasa aman daRi azab Allah kecuali ORang-ORang yang meRugi. (QS. Al-A’:99)

Sebigian salaf mengatakan, “Jika engkau melihat Allah membeRikan kenikmatan membeRikan kenikmatan kepada seseORang sedangkan engkau melihat ORang ini teRus melakukan kemaksiatan maka ketauhilah bahwa ini adalah tipuan Allah kepadanya, dan ORang teRsebut masuk dalam katagORi fiRman Allah,

سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
“Nanti Kami akan menaRik meReka dengan beRangsuR-angsuR (ke aRah kebinasaan) daRi aRah yang tidak meReka ketahui. dan Aku membeRi tangguh kepada meReka. Sesungguhnya Rencana-Ku amat teguh.” (QS. Al-Qalam: 45)
Wahai kaum muslimin…., wahai hamba-hamba Allah…
Sesungguhnya kemaksiatan sangat mempengaRuhi keamanan NegaRa, sangat beRpengaRuh teRhadap ketentRaman bangsa dan peRekOnOmiannya, seRta mempengaRuhi hati-hati Rakyat.

Meskipun beRbagai kemaksiatan teRpampang di depan mata dengan beRbagai macam dan Raga, jika kita saling bahu membahu mencegahnya sesuai dengan kemampuan kita, insya Allah semuanya akan siRna dan baRakah akan dituRunkan ke muka bumi.
Saya mengajak diRi saya sendiRi dan kalian wahai saudaRa-saudaRaku untuk beRsatu di jalan Allah dan saling beRgandengan tangan dalam menegakkan syaRi’at Allah, saling menasehati satu dengan yang lainnya, beRdialOg dengan siapa saja yang memang butuh untuk diajak dialOg namun dengan metOde yang teRbaik dan dengan hujjah (aRgumentasi) daRi Al-QuR’an dan As-Sunnah seRta dengan aRgumentasi akal, tidak membiaRkan paRa pelaku kebatilan tetap dalam kebatilan meReka kaRena meReka beRhak untuk kita jelaskan kepada meReka kebenaRan yang hakiki kemudian kita memOtivasi meReka untuk melaksanakannya seRta kita jelaskan juga kepada meReka kebatilan meReka dan kita mempeRingatkan meReka daRi kebatilan teRsebut.
Kita mOhOn kepada Allah agaR mengembalikan ORang yang sesat daRi umat ini kepada jalan yang benaR, agaR menjadikan kita saling beRgandengan tangan dalam melaksanakan kebenaRan, saling tOlOng menOlOng dalam mengeRjakan kebajikan dan ketakwaan hingga kit mengembalikan apa-apa yang telah siRna beRupa kemuliaan dan ketinggiannya, sesungguhnya Allah yang Menguasai hal itu dan Maha mampu mewujudkannya.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَْيتَنا ، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمة ، إِنّكَ أنتَ الوَّهابُ
رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
َاللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ وَالأَبْصَارِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

Dikutib daRi Majalah as-Sunnah, SOlO. Edisi 10/Tahun IX/1426H/2005M.

:: Compiled by oRiDo ::

Akhiri Ramadhan Dengan Amal Shalih


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.


Jama’ah sekalian yang dimuliakan Allah Ta’ala.
MaRilah kita beRtakwa kepada Allah Ta’ala dengan takwa yang sebenaRnya. Ketahuilah! PeRgantian siang dan malam menandakan umuR seseORang semakin beRtambah, namun pada waktu yang sama, semakin mendekatkannya dengan ajal. Sungguh! Waktu adalah mOdal penting bagi setiap ORang. Maka, hendaklah kita memanfaatkannya dengan baik dan efesien. Ambillah pelajaRan daRi peRjalanan waktu. KaRena waktu adalah nafas seseORang yang teRus mendekatkan diRinya daRi akhiR kehidupannya di dunia.

Ikhawani Fiddin yang dimuliakan Oleh Allah Ta’ala
Sesungguhnya bulan suci Ramadhan yang diRindukan kedatangannya, sudah sekian lama kita tunggu-tunggu, kini akan segeRa meninggalkan kita. Menjauh daRi kesehaRian kita. Hendaklah kita melakukan intROspeksi diRi, apa yang telah ktia lakukan di bulan yang penuh beRkah ini? Sudah ikhlaskah kita dalam beRibadah pada bulan yang suci ini dengan maksimal?

MaRilah kita tanya diRi kita, apakah kita telah membawa pahala atau kita meninggalkan bulan Ramadhan dengan tangan hampa tanpa pahala? Atau bahkan sebaliknya kita tinggalkan bulan ini dengan beRlumuRan dOsa? Wal iyadzu billah.
BaRangsiapa yang telah banyak melakukan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah Ta’ala. Dan beRhaRap agaR Allah Ta’ala beRkenan meneRima amal ibadah yang dia lakukan dan hendaklah dia istiqamah sampai ajal tiba. Sedangkan ORang yang lalai, yang telah membiaRkan Ramadhan lewat begitu saja tanpa kesungguhan dalam beRibadah di dalamnya, maka hendaklah dia beRtaubat kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang sungguh-sungguh.
BeRsegeRah untuk beRtaubat sebelum semuanya teRlambat! Tutuplah lembaRan-lembaRan bulan Ramadhan ini dengan kebaikan dan amal shalih. KaRena, amalan itu teRgantung dengan amalah penutupnya. PeRbanyaklah bekal menuju akhiRat dengan takwa kepada Allah Ta’ala. AkhiRilah bulan yang mulia ini dengan amalan-amalan shalih. Janganlah lalai, janganlah abaikan diRi-diRi kalian! Janganlah kalian lupakan haRi akhiRat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beRsabda,

الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنى على الله
“ORang yang ceRdas adalah insan yang mengekang nafsunya dan beRamal untuk (bekal) setelah kematian. Sedangkan ORang yang lemah adalah ORang yang mengikuti hawa nafsunya dan banyak beRangan-angan.” (At-TiRmidzi dan Ibnu Majah, didha’ifkan Oleh al-Albani)
Jama’ah shalat Jum’at yang dimuliakan Oleh Allah Ta’ala.
Meski Ramadhan akan segeRa beRlalu, bukan beRaRti kesempatan beRamal sudah habis. Di akhiR Ramadhan, masih ada bebeRapa ibadah yang disyaRiatkan sebagai penutup amalan seORang hamba yang mulia ini. Di antaRa syaRi’at itu adalah:

PeRtama: IstighfaR. hendaklah kita mempeRbanyak istighfaR kepada Allah Ta’ala. IstighfaR menjadi penutup bagi segala amal kebaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam jika selesai melaksanakan shalat faRdhu, beliau beRistighfaR dalam keadaan menghadap kiblat. Beliau beRistighfaR tiga kali. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga beRistighfaR setiap selesai melakukan shalat malam. Allah Ta’ala beRfiRman menceRitakan sifat-sifat kaum mukminin:

وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأَسْحَارِ
“Dan yang memOhOn ampun di waktu sahuR.” (Qs Ali ImRan 3/17)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengakhiRi hayatnya dengan istighfaR. Allah Ta’ala beRfiRman kepada Nabi-Nya:

إِذَا جَاء نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ{1} وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجاً{2} فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً{3}
“Apabila telah datang peRtOlOngan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan beRbOndOng-bOndOng, maka beRtasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mOhOnlah ampun kepada-Nya.Sesungguhnya Dia adalah Maha PeneRima taubat.” (Qs an-NashR/110:1-3)
Hikmah mengakhiRi amal dan menutup usia dengan istighfaR yaitu beRpeRan untuk menutupi kekuRangan seRta kesalahan dalam amalan sepanjang usia. KaRena manusia tidak akan lepas daRi kekuRangan dan kesalahan.
Hikmah lainnya, agaR seORang muslim tidak teRtipu atau silau dengan amal ibadah yang telah dilakukannya. Hendaklah seORang muslim senantiasa menganggap diRinya kuRang maksimal dalam menunaikan hak-hak Allah Ta’ala. sekalipun telah banyak amalan yang dia peRbuat. Oleh sebab itu, disyaRiatkan beRistighfaR, memOhOn ampunan Allah Ta’ala atas kekuRangan ini.
SaudaRaku sesama muslim, jika yang melakukan amal shalih saja sisyaRiatkan untuk beRistighfaR, lalu bagaimana dengan ORang yang senantiasa melakukan peRbuatan dOsa dan maksiat, namun dia enggan beRistighfaR?!
Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Oleh Allah Ta’ala
DiantaRa amal shalih yang bisa dijadikan sebagai penutup bulan yang penuh baRakah ini yaitu zakat fithRi. Zakat fitRah meRupakan syiaR Islam dan kewajiban yang agung. Allah Ta’ala mewajibkannya atas seluRuh kaum muslimin, baik laki-laki maupun peRempuan, kecil maupun besaR, meRdeka maupun budak. Zakat ini sebagai pembeRsih bagi ORang yang beRpuasa dan sebagai makanan bagi ORang-ORang miskin, agaR meReka ikut seRta meRasakan kebahagiaan di haRi Raya Idul FitRi. Zakat ini diambilkan daRi makanan pOkOk daeRah setempat. Allah Ta’ala beRfiRman:


مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ
“Yaitu daRi makananyang biasa kamu beRikan kepada keluaRgamu.” (Qs al-Maidah/5: 89)
Inilah jenis makanan yang bisa dijadikan sebagai zakat fithRah. Namun jika ada yang menunaikan zakat fithRahnya dengan makanan yang lebih bagus kuwalitasnya daRipada yang biasa dia kOnsumsi, maka itu lebih utama. Sebaliknya, belum dikatakan menunaikan zakat, jika dia menggunakan makanan yang jelek. Allah Ta’ala beRfiRman:

وَلاَ تَيَمَّمُواْ الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِآخِذِيهِ إِلاَّ أَن تُغْمِضُواْ فِيهِ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan janganlah kamu memilih yang buRuk-buRuk lalu kamu nafkahkan daRi padanya, padahal kamu sendiRi tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata teRhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha TeRpuji.” (Qs al-BaqaRah/ 2:267)
Jama’ah shalat Jum’at yang dimuliakan Oleh Allah Ta’ala
Atas dasaR itu, hendaklah kita mempeRhatikan amalan ini. Hendaklah kita menunaikannya sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam . janganlah kita menunaikan dengan wujud uang, kaRena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan paRa sahabat tidak peRnah menunaikannya dengan uang, padahal uang pada saat itu sudah ada. Tunaikanlah peRintah ini sebagaimana mestinya agaR menjadi amalan yang diteRima dan beRmanfaat bagi si pelaku. Dan semOga Allah Ta’ala menjadikan kita teRmasuk ORang-ORang yang diteRima amalannya.

Ikhwani, Rahimanillah wa iyyakum jami’an.
Amalan lain yang disyaRiatkan Oleh Allah Ta’ala di penghujung bulan ini beRtakbiR, mengagungkan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala beRfiRman:


وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang dibeRikan kepadamu, supaya kamu beRsyukuR.” (Qs al-BaqaRah/ 2:185)
TakbiR disyaRiatkan apabila telah teRlihat hilal bulan syawal sampai pelaksanaan shalat ied. TakbiR ini dilakukan di masjid-masjid, Rumah-Rumah dan jalan-jalan sebagaimana yang dilakukan Oleh paRa sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, guna menyebaRkan syiaR Islam dan mengagungkan Allah Ta’ala atas segala kaRunia dan nikmat-Nya.
Itulah bebeRapa amalan yang Allah Ta’ala syaRiatkan di akhiR bulan yang mulia ini.
SemOga Allah Ta’ala menjadikan kita teRmasuk ORang-ORang yang beRgegas melakukan amal kebaikan yang Allah Ta’ala syaRi’atkan kepada kita.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمَّابعد,

Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Oleh Allah Ta’ala
Wahai sekalian kaum muslimin! Wahai ORang-ORang yang sudah teRbiasa melaksanakan amal ibadah pada bulan Ramadhan yang mulia ini, hendaklah kalian selalu beRusaha menjaga amalan kalian. Jagalah amalan kalian sepanjang hidup kalian! KaRena Allah Ta’ala senantiasa mengawasi kalian dalam segala waktu. Meski Ramadhan telah usai, namun kesempatan dan amalan seORang muslim tidak akan beRakhiR sampai meninggal. Allah Ta’ala beRfiRman:


وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Qs al-HijR/15: 99)
Wahai ORang-ORang yang teRbiasa mendatangi masjid, duduk beRibadah di sana. Lanjutkanlah amalan mulia ini. KaRena masjid-masjid itu meRupakan Rumah-Rumah Allah Ta’ala yang dibangun untuk paRa hamba yang hendak menunaikan ibadah.
Wahai ORang yang teRbiasa membaca al-QuR`an, teRuslah membacanya. KaRena kalian senantiasa membutuhkannya. Al-QuR`an adalah cahaya buat kalian, jalan menuju suRga Allah Ta’ala. al-QuR`an adalah tali penghubung yang kuat dengan Allah.
Wahai ORang-ORang yang teRbiasa melaksanakan shalat malam, yang teRbiasa beRsedekah, lanjutkanlah amalan shalil kalian dan teRuslah beRistighfaR, memOhOn ampunan kepada Allah Ta’ala.
TeRakhiR, semOga Allah menjadikan kita semua teRmasuk ORang-ORang yang istiqamah di atas ketentuan-ketentuan syaRiat ini dan semOga Allah Ta’ala menjadikan kita teRmasuk ORang-ORang yang senantiasa beRgegas melaksanakan amalan shalih.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَْيتَنا ، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمة ، إِنّكَ أنتَ الوَّهابُ
رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
َاللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ وَالأَبْصَارِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

SUMBER:: MAJALAH AS-SUNNAH, EDISI KHUSUS (06-07) TH.XII RAMADHAN-SYAWWAL 1429H SEPTEMBER-OKTOBER 2008M.

:: Compiled by oRiDo ::

AkhiR Hidup yang Baik


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.



KHUTBAH PERTAMA
Ma’asyiRal Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Setelah kita mengucapkan kalimat tahmid, kalimat tahlil sebagai bentuk sanjungan dan pujian kita kepada Dzat satu-satunya tempat kita menggantungkan diRi daRi segala sesuatu, maka tiada kata dan ungkapan yang sepatutnya kita sampaikan dalam majelis yang mulia ini melainkan washiyatut taqwa, yaitu satu kalimat yang dengannya Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah menyebutkannya dalam sekian banyak ayat, dan Rasulullah Shallallaahualaihi wa sallam pun seRingkali membeRikan washiyat kepada paRa shahabatnya dalam khutbah-khutbahnya dengan kalimat teRsebut, sebagaimana yang peRnah beliau sampaikan juga kepada dua ORang sahabat yang beRnama Abu DzaR dan Mu’ad bin Jabal dalam Riwayat at-TiRmidzi beliau Shallallaahualaihi wa sallam, beRsabda

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
BeRtakwalah kepada Allah dimana saja kamu beRada, dan baRengilah peRbuatan yang buRuk dengan peRbuatan yang baik dan beRakhlak baiklah kepada semua manusia” (HR. at-TiRmudzi).
Hadits yang mulia ini, jelas-jelas telah membeRikan penjelasan kepada kita bahwa ketaqwaan itu tidak teRbatas pada waktu dan tempat teRtentu. Namun demikian apa yang dipahami Oleh paRa sahabat daRi kalimat yang agung ini tidaklah sesedeRhana yang kita pahami, sebagai kalimat yang seRing kita dengaR, mudah kita ucapkan, namun kita acapkali susah dalam menceRnanya apalagi meRealisasikannya dalam kehidupan sehaRi-haRi. KaRena pentingnya makna kalimat ini hadiRin yang mulia, UmaR bin Khathab Radhiayallahu 'anhu peRnah mengatakan dalam Riwayat yang shahih,

التَّقْوَى هُوَ اْلخَوْفُ بِاْلجَلِيلِ وَاْلعَمَلُ بِالتَّنْزِيلِ وَالرِّضَى بِالْقَلِيلِ وَاْلاِسْتِعْدَادِ بِيَوْمِ الرَّحِيلِ.
“At-Taqwa adalah peRasaan takut kepada Allah, beRamal dengan apa yang datang daRi Allah dan Nabi-Nya, meRasa cukup dengan apa yang ada dan mempeRsiapkan diRi dalam menghadapi haRi akhiR.”
Ma’asyiRal Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Sesungguhnya bagian manusia daRi dunia ini adalah umuRnya. Apabila dia membaguskan penanaman mOdalnya pada apa yang dapat membeRikan manfaat kepadanya di akhiRat kelak, maka peRdagangannya akan beRuntung. Dan jika dia menjelekkan penanaman mOdalnya dengan peRbuatan-peRbuatan maksiat dan kejahatan sampai dia beRtemu dengan Allah pada penghabisan (akhiR hidup) yang jelek itu, maka dia teRmasuk ORang-ORang yang meRugi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala beRfiRman,


مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
"BaRangsiapa yang beRamal shalih, baik laki-laki maupun peRempuan dan dia (dalam keadaan) beRiman, maka sesungguhnya akan Kami beRikan kepadanya kehidupan yang baik. dan sesungguhnya akan Kami beRikan balasan kepada meReka dengan pahala yang lebih baik daRi apa yang telah meReka keRjakan " (Q.S an-Nahl:97).

Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala beRfiRman,


فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شّرًّا يَرَهُ.
BaRangsiapa yang mengeRjakan kebaikan sebeRat dzaRRahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan baRangsiapa yang mengeRjakan kejahatan sebeRat dzaRRahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. al-Zalzalah:7-8)

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala menegaskan,


أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَتُرْجَعُونَ . فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
Maka apakah kamu mengiRa, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secaRa main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang SebenaRnya;tidak ada ilah (yang beRhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) 'ARsy yang mulia.” (QS. al-Mu’minun:115-116)

Ma’asyiRal Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

KaRenanya ORang yang beRakal adalah ORang yang dapat menghisab (menghitung) amalan diRinya sebelum Allah Ta'ala menghitungnya, dan dia meRasa takut dengan dOsa-dOsanya itu menjadi sebab akan kehancuRannya.

HadiRin yang mulia sementaRa itu kematian dan akhiR hidup seseORang akan selalu menjemputnya, kapan Allah Ta'ala menghendaki niscaya tidak ada seORangpun yang dapat meRubahnya, dia tidak dapat menghindaRi daRi sebuah kenyataan yang akan menjemputnya. Allah
Ta'ala beRfiRman,


كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Tiap-tiap yang beRjiwa akan meRasakan mati. Dan sesungguhnya pada haRi kiamat sajalah disempuRnakan pahalamu. BaRangsiapa dijauhkan daRi neRaka dan dimasukkan ke dalam suRga maka sungguh ia telah beRuntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang mempeRdayakan.” (QS. Ali ImRan:185)
MaRilah kita tanyakan kepada diRi kita masing-masing, apa yang telah menjadikan diRi kita teRpedaya dengan gemeRlapnya kehidupan dunia, akankah akhiR hidup kita akhiR hidup yang baik atau bahkan sebaliknya? Na'udzubillahi min dzalik.

Ma’asyiRal Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Dalam sebuah Riwayat al-BukhaRi dan Muslim yang beRsumbeR daRi Said al-KhudRiy yang mengisahkan seORang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan ORang, kemudian genap seRatus ORang. Dan pada akhiR ceRita, dia dikisahkan meninggal dalam keadaan mukmin kaRena taubatnya. (HR. al-BukhaRi dan Muslim daRi Said al-KhudhRiy).

Dan Sebaliknya dalam Riwayat yang lain dikisahkan suatu ketika ada seORang laki-laki ikut beRpeRang beRsama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallamuntuk menghadapi kaum MusyRikin sehingga dia teRluka. Dan kaRena tidak kuasa menahan Rasa sakit, akhiRnya dia bunuh diRi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beRsabda, "Dia teRmasuk ahli neRaka". Setelah itu seseORang mendatangi nabi menceRitakan kejadian ini. Kemudian Rasullah beRsabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ اْلجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ اْلجَنَّةِ (رواه البخاري ومسلم)
“Sungguh seORang benaR-benaR melakukan peRbuatan penduduk suRga di hadapan manusia, namun (sebenaRnya) dia teRmasuk penghuni neRaka, dan sungguh seseORang benaR-benaR melakukan peRbuatan penghuni neReka di hadapan manusia, namun (sebenaRnya) di a teRmasuk penghuni suRga .” (HR. al-BukhaRi dan Muslim).
Dua Riwayat di atas telah tegas dan jelas menunjukkan bahwa akhiR hidup seseORang, baik dan buRuknya tidak ada seORangpun yang dapat mengetahuinya.

Dan akhiR hidup seseORang ditentukan Oleh baik-dan buRuknya akhiR peRjalanan hidupnya, yang telah Allah Subhanahu wata’ala tentukan dalam taqdiRnya.

Dalam Riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih daRi 'Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah beRsabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ اْلجَنَّةِ وَهُوَ مَكْتُوبٌ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، فَإِذَا كَانَ قَبْلَ مَوْتِهِ تَحَوَّلَ، فَعَمِلَ أَهْلَ النَّارِ، فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ. وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهُوَ مَكْتُوبٌ مِنْ أَهْلِ اْلجَنَّةِ، فَإِذَا كَانَ قَبْلَ مَوْتِهِ تَحَوَّلَ، فَعَمِلَ أَهْلَ اْلجَنَّةِ، فَمَاتَ فَدَخَلَ اْلجَنَّةَ.
“Sesungguhnya seseORang benaR-benaR melakukan peRbuatan penghuni suRga, sedangkan dia dicatat sebagai penghuni neRaka. Maka sebelum kematian menjemput, ia beRubah dan mengeRjakan peRbuatan penghuni neRaka, kemudian ia mati, maka masuklah ia ke dalam neRaka. Dan sesungguhnya seseORang benaR-benaR melakukan peRbuatan penghuni neRaka sedangkan dia dicatat sebagai penghuni suRga. Maka sebelum kematian menjemput, ia beRubah dan melakukan peRbuatan penghuni suRga, kemudian ia mati, maka masuklah ia ke dalam suRga.”.
Dalam Riwayat lain yang beRsumbeR daRi Ali bin Abi Thalib, diceRitakan ada seORang laki-laki beRtanya kepadanya:
فقال رجل: يا رسول الله، أفلا نمكث على كتابنا وندع العمل؟ فقال : اعملوا فكل ميسر لما خلق له. أما أهل السعادة فييسرون لعمل أهل السعادة. وأما أهل الشقاوة فييسرون لعمل أهل الشقاوة، ثم قرأ : (فأما من أعطي واتقي ) سورة الليل: 5)
“SeseORang lelaki beRtanya, Wahai Rasulullah!, apakah kita tidak pasRah teRhadap taqdiR (ketentuan)Allah Ta'ala teRhadap kita dan meninggalkan amalan? Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “BeRamalah kalian! Maka setiap ORang akan dimudahkan sebagaimana apa yang ditakdiRkan baginya.” Adapun ORang yang ditakdiRkan bahagia, maka ia akan dimudahkan untuk melakukan peRbuatan gOlOngan ORang-ORang yang bahagia. Sedangkan ORang yang ditakdiRkan sengsaRa, maka ia pun akan dimudahkan untuk melakukan peRbuatan gOlOngan ORang-ORang yang sengsaRa. Kemudian beliau membaca ayat, “Adapun ORang yang membeRikan (haRtanya di jalan Allah) dan beRtaqwa, (QS. al-Lail : 5)
Dalam hadits-hadits di atas telah menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kesengsaRaan di akhiR hayat telah Allah Ta'ala tentukan di dalam kitabNya (taqdiRnya). Dan yang demikian beRdasaRkan amalnya yang meRupakan sebab keduanya. Maka akhiR hidup yang baik atau sebaliknya ditentukan dengan keadaan akhiR amalannya.
sebagaimana Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam beRsabda dalam Riwayat yang lain daRi Sahl bin Said:

إنما الأعمال بالخواتيم.
“Sesungguhnya segala amal itu teRgantung dengan akhiRnya.”
Maka baRangsiapa yang yang telah mengikuti tuntunan Allah Ta'ala dan NabiNya, maka akhiR hayatnya adalah meRupakan akhiR hayat yang baik, sebaliknya baRangsiapa dalam hidupnya senantiasa mengikuti hawa nafsu dan syaithan, maka niscaya dia akan mendapatkan akhiR hidup yang tidak baik, kaRena dOsa-dOsa yang dia lakukan selama hidupnya, sebagaimana peRnah dikisahkan Oleh Abdul Aziz bin Rawad yang dinukil Oleh Ibnu Rajab dalam kitabnya, suatu haRi dia menjumpai seORang yang akan meninggal dunia, kemudian ditalqinkan untuk mengucapkan kalimat Tauhid, namun teRnyata dia tidak bisa mengucapkan, dan dia beRkata pada akhiR peRkataannya: Dia telah mengkufuRi kalimat teRsebut. Dan meninggal dalam kekufuRan. Kemudian Abdul Azis menanyakan tentang dia, maka dikatakan dia adalah seORang peminum khamR. Kemudian Abdul Aziz mengatakan:
اتقوا الذنوب فإنها هي التى أوقعته
“BeRhati-hatilah kalian teRhadap segala (bentuk) dOsa dan maksiat, kaRena dOsa-dOsa itulah yang menyebabkannya.”
اللهم أعدنا من عذاب النار ومن عذاب القبر، وأعدنا من فتنة المحيا والممات،ومن فتنة المسيح الدجال. اللهم ارحمنا عند سكرات الموت، ووسع لنا في قبورنا, وثبتنا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الأخرة.وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون، إنه هو الغفور الرحيم.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

KHUTBAH KEDUA
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Ma'asyiRal Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah.
MaRilah kita menengOk ke belakang bagaimana paRa as-Salafus Shalih beRsikap dalam menyikapi akhiR hayatnya dengan haRapan dapat menjadi peRingatan dan pelajaRan bagi kita.
Sebagaimana diRiwayatkan Oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shahih, diceRitakan sebagian paRa sahabat meneteskan aiR mata, manakala mengingat akhiR hayatnya, ditanyakan kepadanya kenapa sampai demikian, salah seORang diantaRa meReka menjawab: Aku mendengaR Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam beRsabda:
إن الله تعالي قبض خلقه قبضتين، فقال: هؤلاء في الجنة وهؤلاء في النار، ولا أدري في أي القبضتين كنت؟
“Sesunggunya Allah Ta’ala menggenggam penciptaannya dalam dua genggaman, dan beliau beRsabda, DiantaRa meReka beRada di SuRga dan diantaRa meReka yang lain beRada di neRaka, dan aku tidak tahu, dalam genggaman yang mana aku akan beRada?”
BeRkata sebagian Salaf:

ما أبكى العيون ما أبكاها الكتاب السابق.
“Tidaklah mata ini menangis, melainkan ketentuan (Allah) yang telah teRtulis (di Lauhul Mahfudz) yang menyebabkannya.”
Suatu saat Sufyan ast-TsauRi didapati gelisah dan Resah kaRena memikiRkan akhiR hayatnya, bahkan dia meneteskan aiR mata seRaya beRkata:
أخاف أن أكون قي أم الكتاب شقيا، أخاف أن أسلب الإيمان عند الموت
“Aku khawatiR kalau (ketentuanku) di dalam kitab (Lauhul Mahfudz) teRmasuk yang sengsaRa (celaka). Dan keimanan dicabut manakala kematian menjemput” (HR. abu Nu’aim dalam al-Hilyah)
DiceRitakan Malik bin DinaR selalu bangun malam sambil memegangi janggutnya dan beRkata:
يا رب قد علمت ساكن الجنة من ساكن النار، ففي أي الدارين منزل مالك؟
“Wahai Tuhanku, sungguh Engkau telah mengetahui penghuni SuRga daRi penghuni neRaka, maka di mana tempat Malik beRada di antaRa keduanya?.” (HR. abu Nu’aim dalam al-Hilyah)
Demikianlah keutamaan meReka paRa as-Salafus Shalih, selalu khawatiR dan was-was teRhadap akhiR hayat dan kehidupannya. Tentunya kita yang hadiR di majelis yang mulia ini lebih daRi itu, disebabkan dOsa-dOsa dan kemaksiatan yang senantiaasa kita lakukan. Namun demikian yang ada justRu sebaliknya, kita selalu meRasa aman dengan makaR Allah Subhaanahu wa Taala, meRasa selamat daRi adzabnya sehingga sekian bencana, cObaan dan ujian baik beRupa gempa, tsunami, tanah lOngsOR, banjiR, angin puyuh, gunung meletus teRasa belum menjadikan kita sadaR padahal Allah Subhaanahu wa Taala beRfiRman:
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللهِ فَلاَيَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah meReka meRasa aman daRi adzab Allah (yang tidak teRduga-duga)? Tiadalah yang meRasa aman daRi adzab Allah kecuali ORang-ORang yang meRugi.” (QS. al-A’Raf: 99)
BeRkata al-Hafidz Ibnu KatsiR: “Sesungguhnya peRbuatan dOsa, maksiat dan kecOndOngan kepada hawa nafsu, pengaRuhnya akan mendOminasi pelakunya ketika menjelang kematian dan syaithan akan menguatkannya, maka beRkumpul padanya dua kekalahan dengan lemahnya keimanan, sehingga dia akan teRjatuh pada akhiR hidup yang tidak baik, Allah Ta’ala beRfiRman:
وكان الشيطان للإنسان خذولا
“Dan adalah Syaithan itu tidak mau menOlOng manusia” (QS. al-FuRqan: 29)
Dan akhiR hidup yang buRuk semOga Allah Ta’ala menjauhkannya daRi kita tidak akan menimpa kepada ORang yang shalih secaRa lahiR dan bathin, yang jujuR peRkataannya, dan tidak teRdengaR ceRita yang demikian. Akan tetapi akhiR hidup yang buRuk akan selalu menimpa seseORang yang telah Rusak bathinnya, keimanannya dan lahiRnya, yaitu peRbuataanya seRta bagi ORang-ORang yang beRani melakukan peRbuatan dOsa besaR dan suka melakukan peRbuatan jahat, maka peRkaRa yang demikian akan selalu menguasai sampai nyawa menjemput sebelum melakukan taubat.

Ma'asyiRal Muslimin Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah. Oleh kaRena itu, sudah sepantasnyalah bagi ORang yang beRakal untuk beRhati-hati atas keteRikatan dan keteRgantungan dengan sesuatu yang teRlaRang. Selayaknya hati, lisan dan anggOta tubuhnya selalu mengingat Allah Ta’ala, dan menjaga diRi supaya selalu dalam ketaatan kepada-Nya dalam kOndisi dan situasi apapun.

“Ya Allah jadikanlah sebaik-baik peRbuatan kami pada akhiR hidup kami, dan sebaik-baik kehidupan kami sebagai akhiR hayat kami, dan sebaik-baik haRi kami, haRi di mana kami akan beRtemu dengan Mu. Ya Allah tunjukilah kami semua kepada peRbuatan yang baik dan jauhkanlah diRi kami daRi peRbuatan yang mungkaR dan teRlaRang.”

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى أله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
(Oleh: Khusnul Yaqin ARba’in)

:: Compiled by oRiDo ::

Adab-Adab yang Wajib di Dalam Puasa


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Alhamdulillah kita beRsyukuR kepada Alah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mempeRtemukan kita dengan bulan yang mulia ini. Bulan yang penuh kebeRkahan, bulan yang banyak dinantikan Oleh hambaNya yang beRiman. Bulan yang memiliki banyak keistimewaan, sepeRti malam lailatul qadaR yaitu malam yang lebih baik daRi seRibu bulan.
Sidang shalat Jum’at Rahimakumullah, Sesungguhnya puasa itu memiliki banyak adab sebagai penyempuRnanya. Adab-adab teRsebut teRbagi dua: adab-adab yang wajib yang haRus dipeRhatikan dan dijaga Oleh ORang yang beRpuasa, dan adab-adab sunnah yang selayaknya dikeRjakan.

Di antaRa adab yang wajib adalah ORang yang beRpuasa juga haRus melaksanakan beRbagai ibadah lain yang telah Allah wajibkan, baik itu beRupa peRkataan maupun peRbuatan. Salah satu cOntOh yang paling penting adalah Shalat wajib, yang meRupakan Rukun Islam yang paling mendasaR setelah dua kalimat syahadat. Ia wajib dipeRhatikan dengan menjaga Rukun, kewajiban, syaRat dan waktu pelaksanaanya di masjid secaRa beRjama’ah. Ini meRupakan bagian daRi ketakwaan yang juga menjadi alasan diwajibkannya puasa atas ummat ini. Menyia-nyiakan shalat akan meniadakan ketakwaan dan menyebabkan teRjadinya hukuman.

Sidang shalat Jum’at Rahimakumullah,
Ada ORang yang beRpuasa tetapi meRemehkan shalat beRjama’ah, padahal hal itu meRupakan kewajibannya. Apabila Allah telah memeRintahkan pelaksanaan shalat beRjama’ah dalam kOndisi pepeRangan dan ketakutan, maka pada saat tentRam tentu lebih ditekankan.

Disebutkan daRi Abu HuRaiRah Radhiallahu ‘anhu, ia beRkata:

أَنّ رَجُلاً أَعْمَى قَالَ: يَا رَسُوْلُ الله لَيْسَ لَِي قَائِدٌ يَقُوْدُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ، فَرَخّصَ لَهُ، فَلَمّا وَلّى دَعَاهُ وَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ النّدَاءَ بِالصّلاِةِ؟ قَالَ نَعَمْ، قَالَ فَأَجِبْ

Ada pRia buta yang mengadu kepada Nabi shOllallahu ‘alaihi wa sallam, ya Rasulullah, aku tidak mempunyai penuntun yang membimbingku ke masjid,’ Beliau lalu membeRinya keRinganan untuk tidak hadiR shalat beRjama’ah, Namun, tatkala dia hendak peRgi, Rasulullah shOllallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya kembali, lalu beRtanya, apakah engkau mendengaR panggilan shalat? Dia menjawab, Ya, Beliau beRsabda: “Maka penuhilah panggilan teRsebut.” (HR. Muslim)

Lihatlah, betapa Rasulullah shOllallahu ‘alaihi wa sallam tidak membeRi keRinganan teRhadap pRia teRsebut, padahal dia ORang buta yang tidak mempunyai penuntun. ORang yang meninggalkan shalat beRjama’ah telah menyia-nyiakan suatu kewajiban sekaligus menghalangi diRinya sendiRi daRi kebaikan yang banyak, beRupa beRlipat gandanya kebaikan. Dia juga tidak mendapatkan keuntungan sOsial yang didapat daRi beRkumpulnya kaum muslimin ketika pelaksanaan shalat beRjama’ahm sepeRti tentRamnya Rasa peRsatuan, cinta, nilai pendidikan, bantuan kepada pihak yang membutuhkan, dan lain sebagainya.

Sidang shalat Jum’at Rahimakumullah,
Ada juga ORang yang benaR-benaR melampaui batas di dalam masalah shalat, sampai-sampai dia shalat dei luaR waktu yang ditentukan disebabkan tiduRnya. Sebagian ulama beRkata: “BaRangsiapa yang mengakhiRkan shalat di luaR waktunya tanpa adanya udzuR syaR’I, maka shalatnya teRsebut tidak diteRima meskipun ia melakukannya sebanyak seRatus kali. ShOlat yang dilakukan di luaR waktu yang ditentukan itu tidak sesuai dengan peRintah Nabi shOllallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh kaRena itum, shalatnya teRtOlak dan tidak diteRima.

Adab-adab beRikutnya yaitu haRus menjauhi peRkaRa yang dihaRamkan Oleh Allah dan Rasul-Nya, baik beRupa peRkataan maupun peRbuatan. COntOhnya, dia tidak bOleh beRdusta. Dan yang dimaksud dengan dusta adalah membeRikan kabaR yang tidak sesuai dengan Realita. PeRbuatan dusta yang paling besaR adalah dusta atas nama Allah dan RasulNya, sepeRti menisbatkan halal dan haRamnya suatu peRkaRa kepada Allah atau Rasulullah shOllallahu ‘alaihi wa sallam tanpa ilmu.

FiRman Allah:
Dan janganlah kamu mengatakan teRhadap apa yang disebut-sebut Oleh lidahmu secaRa dusta ‘ini halal dan ini haRam,’ untuk mengada-ngadakan kebOhOngan kepada Allah. Sesungguhnya ORang yang mengada-ngadakan kebOhOngan teRhadap Allah tidaklah beRuntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi meReka adzab yang pedih.” (QS. An-Nahl: 116-117)

Beliau shOllallahu ‘alaihi wa sallam beRsabda:

مَنْ كَذّبَ عَلَيّ مُتَعَمّدًا فَلْيَتَبَوّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النّارِ.

“BaRangsiapa yang sengaja beRdusta atas namaku, maka hendaklah ia mempeRsiapkan tempat duduknya di NeRaka.” (HR. Al-BukhaRi dan Muslim)

Sidang shalat Jum’at Rahimakumullah,
ORang yang beRpuasa juga wajib menjauhi ghibah, yaitu menyebutkan sesuatu yang tidak disukai daRi saudaRanya tanpa sepengetahuannya, baik itu memang benaR ataupun tidak, dan baik itu beRkaitan dengan bentuk fisiknya dalam Rangka untuk menyebaRkan aib atau menghinanya, ataupun beRkaitan dengan tingkah lakunya. LaRangan teRhadap ghibah juga disebutkan didalam Al-QuR’an. Sampai-sampai Allah menyeRupakan peRbuatan ghibah dengan gambaRan yang paling buRuk, yaitu sepeRti seORang yang memakan daging saudaRanya yang telah menjadi bangkai.

Nabi shOllallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabaRkan bahwa ketika beliau naik ke langit (pada peRistiwa IsRa’ dan Mi’Raj), beliau melalui sekelOmpOk ORang yang mempunyai kuku-kuku daRi tembaga, meReka mencakaRi wajah dan dada meReka dengan kuku teRsebut. Beliau beRtanya:
مَنْ هَؤُلاَءِ يَا جِبْرِيْلُ؟ قَالَ : هَؤُلاَءِ الّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لَُحُوْمَِ النّاسِ وَ يَقَعُوْنَ فِي أَعْرَاضِهِمْ

Siapakah meReka itu wahai JibRil? JibRil menjawab, “MeReka adalah ORang-ORang yang memakan daging manusia (beRbuat ghibah) dan menOdai kehORmatan meReka.” (HR. Abu Dawud).

ORang yang beRpuasa juga wajib menjauhi namimah, yaitu menukil peRkataan seseORang tentang ORang lain untuk meRusak hubungan baik di antaRa keduanya. PeRbuatan ini masuk ke dalam kategORi dOsa besaR.

Rasulullah shOllallahu ‘alaihi wa sallam beRsabda,
ORang yang seRing melakukan namimah tidak akan masuk SuRga.” (Muttafaq ‘alaihi).

Di dalam shahih al-BukhaRi dan Shahih Muslim ada Riwayat daRi Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘anhu, ia beRkata, “Suatu ketika Nabi beRjalan melewati dua kubuRan lalu beRsabda, “Kedua penghuni kubuRan ini sedang diadzab, dan meReka beRdua diadzab dengan sebab dua peRkaRa: yang peRtama meneRima adzab dengan sebab tidak beRsuci setelah buang aiR kecil, dan yang kedua dengan sebab melakukan namimah.” (HR. Al-BukhaRi dan Muslim).

Ingatlah, baRangsiapa menceRitakan peRkataan jelek mengenai ORang lain kepadamu, maka ia juga akan menceRitakan peRkataanmu kepada ORang lain, maka beRhati-hatilah.

Sidang shalat Jum’at Rahimakumullah,
Pelaku puasa juga wajib menjauhi tipu daya dalam seluRuh mu’amalah, baik itu di dalam jual beli, sewa-menyewa, keRajinan tangan, pegadaian, ataupun selainnya. PeRbuatan ini teRmasuk dOsa besaR, Nabi shOllallahu ‘alaihi wa sallam telah beRlepas diRi daRi pelakunya. Beliau beRsabda,
مَنْ غَشّنَا فَلَيْسَ مِنّا

BaRangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak teRmasuk daRi gOlOngan kami.” Dan dalam lafazh yang lain: “BaRangsiapa yang menipu maka ia tidak teRmasuk daRi gOlOnganku.” (HR. Muslim).

Tipu daya itu akan menghilangkan amanah dan kepeRcayaan manusia. Dan setiap penghasilan yang didapat daRi tipu daya adalah penghasilan yang haRam dan kOtOR, tidak akan menambah pemiliknya kecuali hanya semakin jauh daRi Allah.

SemOga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita teRmasuk ORang-ORang menjalankan ibadah puasa dengan benaR, dan semOga puasa yang kita lakukan diteRima Allah Subhanahu wa Ta’ala.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ


[KHUTBAH KEDUA]
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

Sidang shalat Jum’at Rahimani wa Rahimakumullahu BeRikutnya, pelaku puasa juga wajib untuk menjauhi segala bentuk dan jenis alat musik yang menjeRumuskan seseORang dalam kelalaian dan itu semua adalah haRam. DOsa dan kehaRamannya akan beRtambah jika diiRingi nyanyian pembangkit hawa nafsu yang dilagukan dengan suaRa yang indah.

FiRman Allah,
Dan di antaRa manusia (ada) ORang yang mempeRgunakan peRkataan yang tidak beRguna untuk menyesatkan (manusia) daRi jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan Allah itu OlOk-OlOkana. MeReka itu akan mempeROleh adzab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6)

Telah shahih daRi Ibnu Mas’ud, ketika beliau ditanya tentang ayat ini, beliau menjawab: “Demi Allah, tidak ada yang beRhak diibadahi melainkan hanya Dia, hal itu adalah nyanyian.

Nabi shOllallahu ‘alaihi wa sallam telah membeRi peRingatan untuk beRhati-hati daRi alat-alat musik dan beliau menyeRtakan penyebutannya beRsama zina. Beliau beRsabda,
لَيَكُوْنَنّ مِنْ أُمّتِي أَقْوَامٌ يََسْتَحِلّوْنَ الْحِرَ وَاْلحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ

Akan datang bebeRapa gOlOngan daRi ummatku yang menghalalkan zina, suteRa, khameR dan alat-alat musik.” (HR. Al BukhaRi)

Kata al-HiR aRtinya adalah kemaluan, maksudnya adalah zina. Dan makna menghalalkannya adalah melakukannya tanpa peduli, sepeRti layaknya ORang yang menghalalkan. Hal ini teRjadi di zaman kita ini, ada sebagian ORang yang memainkan alat musik atau mendengaRkannya seOlah-Olah itu adalah peRkaRa yang halal. Banyak kaum muslimin yang lebih senang mendengaRkan musik dibandingkan mendengaRkan al-QuRan, hadits dan peRkataan ahli ilmu, yang mengandung penjelasan hukum-hukum syaRi’at sekaligus beRbagai hikmahnya.

Sidang shalat Jum’at Rahimani wa Rahimakumullahu
JabiR Radhiallahu ‘anhu beRkata, “Jika engkau beRpuasa, maka hendaklah pendengaRanmu, penglihatanmu, dan lisanmu juga beRpuasa daRi dusta seRta peRkaRa-peRkaRa yang dihaRamkan. Janganlah menyakiti tetangga, dan hendaklah engkau menghiasi diRi dengan kewibawaan dan ketenangan. Jangan sampai haRi puasamu sama dengan haRi ketika engkau tidak beRpuasa.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنََا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ.



Oleh : Abu Ukasyah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme